Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara
dua orang atau lebih, yang biasanya tidak diatur secara formal. Dalam
komunikasi interpersonal, setiap partisipan menggunakan semua elemen dari proses komunikasi. Misalnya, masing-masing
pihak akan membicarakan latar belakang dan pengalaman masing-masing dalam percakapan
tersebut.
A. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan
kata-kata, entah lisan maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai
dalam hubungan antar manusia. Melalui kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan,
emosi, pemikiran, gagasan, atau maksud mereka, menyampaikan fakta, data, dan
informasi serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling
berdebat, dan bertengkar. Dalam komunikasi verbal itu bahasa
memegang peranan penting.
Ada beberapa unsur penting dalam komunikasi verbal,
yaitu:
1. Bahasa
Pada dasarnya bahasa adalah suatu system lambang yang
memungkinkan orang berbagi makna. Dalam komunikasi verbal, lambang bahasa yang
dipergunakan adalah bahasa verbal entah lisan, tertulis pada kertas, ataupun
elektronik. Bahasa suatu bangsa atau suku berasal dari interaksi dan hubungan antara warganya satu sama lain.
Bahasa memiliki banyak fungsi, namun
sekurang-kurangnya ada tiga fungsi yang erat hubungannya dalam menciptakan
komunikasi yang efektif. Ketiga fungsi itu adalah:
a. Untuk mempelajari tentang dunia
sekeliling kita;
b. Untuk membina hubungan yang baik di
antara sesama manusia
c. Untuk menciptaakan ikatan-ikatan
dalam kehidupan manusia.
Bagaimana mempelajari bahasa? Menurut para ahli, ada
tiga teori yang membicarakan sehingga orang bisa memiliki kemampuan berbahasa.
Teori pertama disebut Operant Conditioning yang
dikembangkan oleh seorang ahli psikologi behavioristik yang bernama B. F.
Skinner (1957). Teori ini menekankan unsur rangsangan (stimulus) dan tanggapan
(response) atau lebih dikenal dengan istilah S-R. teori ini menyatakan bahwa
jika satu organism dirangsang oleh stimuli dari luar, orang cenderung akan
member reaksi. Anak-anak mengetahui bahasa karena ia diajar oleh orang tuanya
atau meniru apa yang diucapkan oleh orang lain.
Teori kedua ialah teori kognitif yang dikembangkan
oleh Noam Chomsky. Menurutnya kemampuan berbahasa yang ada pada manusia adalah
pembawaan biologis yang dibawa dari lahir.
Teori ketiga disebut Mediating theory atau
teori penengah. Dikembangkan oleh Charles Osgood. Teori ini menekankan bahwa
manusia dalam mengembangkan kemampuannya berbahasa, tidak saja bereaksi
terhadap rangsangan (stimuli) yang diterima dari luar, tetapi juga dipengaruhi
oleh proses internal yang terjadi dalam dirinya.
2. Kata
Kata
merupakan unti lambang terkecil dalam bahasa. Kata adalah lambing yang
melambangkan atau mewakili sesuatu hal, entah orang, barang, kejadian, atau
keadaan. Jadi, kata itu bukan orang, barang, kejadian, atau keadaan sendiri.
Makna kata tidak ada pada pikiran orang. Tidak ada hubungan langsung antara
kata dan hal. Yang berhubungan langsung hanyalah kata dan pikiran orang.
B. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya
dikemas dalam bentuk nonverbal, tanpa kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi
nonverbal jauh lebih banyak dipakai daripada komuniasi verbal. Dalam
berkomunikasi hampir secara otomatis komunikasi nonverbal ikut terpakai. Karena
itu, komunikasi nonverbal bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi nonverbal lebih
jujur mengungkapkan hal yang mau diungkapkan karena spontan.
Nonverbal communication is all aspects of
communication other than words themselves. It includes how we utter words
(inflection, volume), features, of environments that affect interaction (temperature,
lighting), and objects that influence personal images and interaction patterns
(dress, jewelry, furniture). (Komunikasi nonverbal adalah semua aspek komunikasi selain
kata-kata sendiri. Ini mencakup bagaimana kita mengucapkan kata-kata (infleksi,
volume), fitur, lingkungan yang mempengaruhi interaksi (suhu, pencahayaan), dan
benda-benda yang mempengaruhi citra pribadi dan pola interaksi (pakaian,
perhiasan, mebel).
Komunikasi non verbal dapat berupa bahasa tubuh, tanda
(sign), tindakan/perbuatan (action) atau objek (object).
Bahasa Tubuh. Bahasa tubuh yang berupa raut wajah,
gerak kepala, gerak tangan,, gerak-gerik tubuh mengungkapkan berbagai perasaan,
isi hati, isi pikiran, kehendak, dan sikap orang.
Tanda. Dalam komunikasi nonverbal tanda
mengganti kata-kata, misalnya, bendera, rambu-rambu lalu lintas darat, laut,
udara; aba-aba dalam olahraga.
Tindakan/perbuatan. Ini sebenarnya tidak khusus
dimaksudkan mengganti kata-kata, tetapi dapat menghantarkan makna. Misalnya,
menggebrak meja dalam pembicaraan, menutup pintu keras-keras pada waktu
meninggalkan rumah, menekan gas mobil kuat-kuat. Semua itu mengandung makna
tersendiri.
Objek. Objek sebagai bentuk komunikasi
nonverbal juga tidak mengganti kata, tetapi dapat menyampaikan arti tertentu.
Misalnya, pakaian, aksesori dandan, rumah, perabot rumah,
harta benda, kendaraan, hadiah.
Hal menarik dari komunikasi nonverbal ialah studi
Albert Mahrabian (1971) yang menyimpulkan bahwa tingkat kepercayaan dari
pembicaraan orang hanya 7% berasal dari bahasa verbal, 38% dari vocal suara,
dan 55% dari ekspresi muka. Ia juga menambahkan bahwa jika terjadi pertentangan
antara apa yang diucapkan seseorang dengan perbuatannya, orang lain cenderung
mempercayai hal-hal yang bersifat nonverbal.
Oleh sebab itu, Mark knapp (1978) menyebut bahwa
penggunaan kode nonverbal dalam berkomunikasi memiliki fungsi untuk:
a. Meyakinkan apa yang diucapkannya
(repetition)
b. Menunjukkan perasaan dan emosi yang
tidak bisa diutarakan dengan kata-kata (substitution)
c. Menunjukkan jati diri sehingga orang
lain bisa mengenalnya (identity)
d. Menambah atau melengkapi
ucapan-ucapan yang dirasakan belum sempurna.
C. Perbedaan Antara Komunikasi Verbal
dan Nonverbal
There are differences between the
two systems of communication.
First,
nonverbal communication is perceived as more honest. If verbal and nonverbal
behaviors are inconsistent, most people trust the nonverbal behavior. There is
little evidence that nonverbal behavior actually is more trustworthy than
verbal communication; after all, we often control it quite consciously.
Nonetheless, it is perceived as more trustworthy. (Anderson, 1999) (ada
perbedaan antara kedua sistem komunikasi. Pertama, komunikasi nonverbal yang
dianggap lebih jujur. Jika perilaku verbal dan nonverbal yang tidak
konsisten, kebanyakan orang percaya perilaku nonverbal. Ada sedikit bukti bahwa
perilaku nonverbal sebenarnya lebih dapat dipercaya daripada komunikasi verbal,
setelah semua, kita sering mengontrolnya cukup sadar. Meskipun demikian, hal
itu dianggap lebih dapat dipercaya. (Anderson, 1999)
Second,
unlike verbal communication, nonverbal communication is multi channeled. verbal
communication usually occurs within a single channel; oral verbal communication
is received through hearing, and written verbal communication may be seen,
felt, heard, smelled, and tasted. We often receive nonverbal communication
simultaneously through two or more channels, as when we feel and see a hug
while hearing a whispered "I love you" (Kedua,
tidak seperti komunikasi verbal, komunikasi nonverbal adalah multi disalurkan.
komunikasi verbal biasanya terjadi dalam satu saluran, komunikasi verbal lisan
yang diterima melalui pendengaran, dan komunikasi verbal tertulis dapat
dilihat, dirasakan, didengar, berbau, dan mencicipi. Kami sering menerima
komunikasi nonverbal secara bersamaan melalui dua atau lebih saluran, seperti
ketika kita merasa dan melihat pelukan sambil mendengar berbisik "I love
you").
Finally,
verbal communication is discrete, whereas nonverbal communication continuous.
Verbal symbols start and stop; we begin speaking at one moment and stop
speaking at another moment. In contrast, nonverbal communication tends to flow
continually. Before we speak, our facial expressions and posture express our
feelings; as we speak, our body movements and appearance communicate; and after
we speak our posture changes, perhaps relaxing. (Akhirnya,
komunikasi verbal adalah diskrit, sedangkan komunikasi nonverbal terus menerus.
Simbol verbal mulai dan berhenti, kami mulai berbicara pada satu saat dan
berhenti berbicara saat yang lain. Sebaliknya, komunikasi nonverbal cenderung
mengalir terus. Sebelum kita berbicara, ekspresi wajah dan postur mengungkapkan
perasaan kita, saat kita bicara, gerakan tubuh kita dan mengkomunikasikan
penampilan, dan setelah kita berbicara postur tubuh berubah, mungkin santai).
Secara sekilas telah diuraikan
pada bagian awal tulisan ini, bahwa antara komunikasi verbal dan nonverbal
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, dalam arti. kedua bahasa
tersebut bekerja bersama-sama untuk menciptakan suatu makna. Namun,
keduanya juga memiliki perbedaan-perbedaan. Dalam pemikiran Don Stacks dan
kawan-kawan, ada tiga perbedaan utama di antara keduanya yaitu kesengajaan
pesan (the intentionality of the message), tingkat simbolisme dalam tindakan
atau pesan (the degree of symbolism in the act or message), dan pemrosesan
mekanisme (processing mechanism). Kita mencoba untuk menguraikannya satu per
satu.
a.
Kesengajaan (intentinolity)
Satu perbedaan utama antara
komunikasi verbal dan nonverbal adalah persepsi mengenai niat (intent). Pada
umumnya niat ini menjadi lebih penting ketika kita membicarakan lambang atau
kode verbal. Michael Burgoon dan Michael Ruffner menegaskan bahwa sebuah pesan
verbal adalah komunikasi kalau pesan tersebut
1) dikirimkan oleh sumber dengan sengaja dan
2) diterima oleh penerima secara sengaja pula.
Komunikasi nonverbal tidak banyak
dibatasi oleh niat. atau intent tersebut. Persepsi sederhana mengenai niat ini
oleh seorang penerima sudah cukup dipertimbangkan menjadi komunikasi nonverbal.
Sebab, komunikasi nonverbal cenderung kurang dilakukan dengan sengaja dan
kurang halus apabila dibandingkan dengan komunikasi verbal. Selain itu,
komunikasi nonverbal mengarah pada norma-norma yang berlaku, sementara niat
atau intent tidak terdefinisikan dengan jelas. Misalnya, norma-norma untuk
penampilan fisik. Kita semua berpakaian, namun berapa Bering kita dengan
sengaja berpakaian untuk sebuah situasi tertentu? Berapa kali seorang teman
memberi komentar terhadap penampilan kita? Persepsi receiver mengenai niat ini
sudah cukup untuk memenuhi persyaratan guna mendefinisikan komunikasi
nonverbal.
b. Perbedaan perbedaan simbolik (symbolic
differences)
Kadang-kadang niat atau intent
ini dapat dipahami karena beberapa dampak simbolik dari komunikasi kita.
Misalnya, memakai pakaian dengan warna atau model tertentu, mungkin akan
dipahami sebagai suatu `pesan' oleh orang lain (misalnya berpakaian dengan
warna hitam akan diberi makna sebagai ungkapan ikut berduka cita).
Komunikasi verbal dengan
sifat-sifatnya merupakan sebuah bentuk komunikasi yang diantarai (mediated form
of communication). Dalam arti kita mencoba mengambil kesimpulan terhadap makna
apa yang diterapkan pada suatu pilihan kata. Kata-kata yang kita gunakan adalah
abstraksi yang telah disepakati maknanya, sehingga komunikasi verbal bersifat
intensional dan harus 'dibagi' (shared) di antara orang-orang yang terlibat
dalam tindak komunikasi. Sebaliknya, komunikasi nonverbal lebih alami, isi
beroperasi sebagai norma dan perilaku yang didasarkan pada norma. Mehrabian
menjelaskan bahwa komunikasi verbal dipandang lebih eksplisit dibanding bahasa
nonverbal yang bersifat implisit. Artinya, isyarat-isyarat verbal dapat
didefinisikan melalui sebuah kamus yang eksplisit dan lewat aturan-aturan
sintaksis (kalimat), namun hanya ada penjelasan yang samar-samar dan informal
mengenai signifikansi beragam perilaku nonverbal.
Mengakhiri bahasan mengenai
perbedaan simbolik ini, kita mencoba untuk melihat ketidaksamaan antara tanda
(sign) dengan lambang (simbol). Tanda adalah sebuah representasi alami dari
suatu kejadian atau tindakan. la adalah apa yang kita lihat atau rasakan.
Sedangkan lambang merupakan sesuatu yang ditempatkan pada sesuatu yang lain.
Lambang merepresentasikan tanda melalui abstraksi. Contoh, tanda dari sebuah
kursi adalah kursi itu sendiri, sedangkan lambang adalah bagaimana kita
menjelaskan kursi tersebut melalui abstraksi. Dengan perkataan lain, apa yang
secara fisik menarik bagi kita adalah tanda (sign) dan bagaimana menciptakan
perbedaan yang berubah-ubah untuk menunjukkan derajat ketertarikan tersebut
adalah lambang (simbol). Komunikasi verbal lebih spesifik dari bahasa
nonverbal, dalam arti is dapat dipakai untuk membedakan hal-hal yang sama dalam
sebuah cara yang berubah-ubah, sedangkan bahasa nonverbal lebih mengarah pada
reaksi-reaksi alami seperti perasaan atau emosi.
c. Mekanisme pemrosesan (processing mechanism)
Perbedaan ketiga antara
komunikasi verbal dan nonverbal berkaitan dengan bagaimana kita memproses
informasi. Semua informasi termasuk komunikasi diproses melalui otak, kemudian
otak kita menafsirkan informasi ini lewat pikiran yang berfungsi mengendalikan
perilaku-perilaku fisiologis (refleks) dan sosiologis (perilaku yang dipelajari
dan perilaku sosial).
Satu perbedaan utama dalam
pemrosesan adalah dalam tipe informasi pada setiap belahan otak. Secara
tipikal, belahan otak sebelah kiri adalah tipe informasi yang lebih tidak berkesinambungan
dan berubah-ubah, sementara belahan otak sebelah kanan, tipe informasinya Iebih
berkesinambungan dan alami (pada uraian di bawah, Malandro dan Barker juga
menjelaskan mengenai hal ini).
Berdasarkan pada perbedaan
tersebut, pesan-pesan verbal dan nonverbal berbeda dalam konteks struktur
pesannya. Komunikasi nonverbal kurang terstruktur. Aturan-aturan yang ada
ketika kita berkomunikasi secara nonverbal adalah lebih sederhana dibanding
komunikasi verbal yang mempersyaratkan aturan-aturan tata bahasa dan sintaksis.
Komunikasi nonverbal secara tipikal diekspresikan pada saat tindak komunikasi
berlangsung. Tidak seperti komunikasi verbal, bahasa nonverbal tidak bisa
mengekspresikan peristiwa komunikasi di masa lalu atau masa mendatang. Selain
itu, komunikasi nonverbal mempersyaratkan sebuah pemahaman mengenai konteks di
mana interaksi tersebut terjadi, sebaliknya komunikasi verbal justru
menciptakan konteks tersebut.
Perbedaan lain tentang komunikasi
verbal dan nonverbal dapat dilihat dari dimensi-dimensi yang dimiliki keduanya.
Gagasan ini dicetuskan oleh Malandro dan Barker seperti yang dikutip dalam buku
Komunikasi Antar Budaya tulisan Dra. Ilya Sunarwinadi, M.A.
a. Struktur >< Nonstruktur
Komunikasi verbal sangat
terstruktur dan mempunyai hukum atau aturan-aturan tata bahasa. Dalam
komunikasi nonverbal hampir tidak ada atau tidak ada sama sekali struktur
formal yang mengarahkan komunikasi. Kebanyakan komunikasi nonverbal terjadi
secara tidak disadari, tanpa urut-urutan kejadian, yang dapat diramalkan
sebelumnya. Tanpa pola yang jelas, perilaku nonverbal yang sama dapat memberi
arti yang berbeda pada saat yang berlainan.
b. Linguistik >< Nonlinguistik
Linguistik adalah ilmu yang
mempelajari anal usul, struktur, sejarah, variasi regional dan ciri-ciri
fonetik dari bahasa. Dengan kata lain, linguistik mempelajari macam-macam segi
bahasa verbal, yaitu suatu sistem dari lambang-lambang yang sudah diatur
pemberian maknanya. Sebaliknya. pada komunikasi nonverbal, karena tidak adanya
struktur khusus, maka sulit untuk memberi makna pada lambang. Belum ada sistem
bahasa nonverbal yang didokumentasikan, walaupun ada usaha untuk memberikan
arti khusus pada ekspresi-ekspresi wajah tertentu. Beberapa teori mungkin akan
memberikan pengecualian pada bahasa kaum tuna-rungu yang berlaku universal,
sekalipun ada juga lambang-lambangnya yang bersifat unik.
c. Sinambung (continuous) >< Tidak
Sinambung (discontinuous)
Komunikasi nonverbal dianggap bersifat sinambung,
sementara komunikasi verbal didasarkan pada unit-unit yang terputus-putus.
Komunikasi nonverbal baru berhenti bila orang yang terlibat di dalamnya
meninggalkan suatu tempat. Tetapi selama tubuh, wajah dan kehadiran kita masih
dapat dipersepsikan oleh orang lain atau diri kita sendiri, berarti komunikasi
nonverbal dapat terjadi. Tidak sama halnya dengan kata-kata dan simbol dalam
komunikasi verbal yang mempunyai titik awal dan akhir yang pasti.
d. Dipelajari ><Didapat secara Ilmiah
Jarang sekali individu yang
diajarkan cara untuk berkomunikasi secara nonverbal. Biasanya is hanya
mengamati dan mengalaminya. Bahkan ada yang berpendapat bahwa manusia lahir
dengan naluri-naluri dasar nonverbal. Sebaliknya komunikasi verbal adalah sesuatu
yang harus dipelajari.
e. Pemrosesan dalam Bagian Otak sebelah Kiri ><
Pemrosesan dalam Bagian Otak sebelah Kanan
Pendekatan neurofisiologik
melihat perbedaan dalam pemrosesan stimuli verbal dan nonverbal pada diri
manusia. Pendekatan ini menjelaskan bagaimana kebanyakan stimuli nonverbal
diproses dalam bagian otak sebelah kanan, sedangkan stimuli verbal yang
memerlukan analisis dan penalaran, diproses dalam bagian otak sebelah kiri.
Dengan adanya perbedaan ini, maka kemampuan untuk mengirim dan menerima pesan
berbeda pula.
Masih dalam buku Komunikasi Antar
Budaya karya Ilya SunarwinadiSamovar, Porter dan Jain melihat perbedaan antara
komunikasi verbal dan nonverbal dalam hal sebagai berikut.
- Banyak perilaku nonverbal yang diatur oleh dorongan-dorongan biologik. Sebaliknya komunikasi verbal diatur oleh aturan-aturan dan prinsip-prinsip yang dibuat oleh manusia, seperti sintaks dan tata bahasa. Misalnya, kita bisa secara sadar memutuskan untuk berbicara, tetapi dalam berbicara secara tidak sadar pipi menjadi memerah dan mata berkedip terus-menerus.
b. Banyak komunikasi nonverbal serta lambang-lambangnya yang
bermakna universal. Sedangkan
komunikasi verbal lebih banyak yang bersifat spesifik bagi kebudayaan tertentu.
c. Dalam komunikasi nonverbal bisa dilakukan beberapa tindakan
sekaligus dalam suatu waktu tertentu, sementara komunikasi verbal terikat pada urutan waktu.
d.
Komunikasi nonverbal dipelajari sejak usia sangat dini. Sedangkan penggunaan lambang berupa kata sebagai alat komunikasi membutuhkan masa sosialisasi
sampai pada tingkat tertentu.
e.
Komunikasi nonverbal lebih dapat memberi dampak emosional
dibanding komunikasi verbal.
D. Fungsi Komunikasi Verbal dan
Nonverbal
Meskipun komunikasi verbal dan nonverbal memiliki perbedaan-perbedaan,
namun keduanya dibutuhkan untuk berlangsungnya tindak komunikasi yang efektif.
Fungsi dari lambang-lambang verbal maupun nonverbal adalah untuk memproduksi
makna yang komunikatif.
Secara historis, kode nonverbal sebagai suatu multi saluran akan mengubah
pesan verbal melalui enam fungsi: pengulangan (repetition), berlawanan
(contradiction), pengganti (substitution), pengaturan (regulation), penekanan
(accentuation) dan pelengkap (complementation). Dalam tahun
1965, Paul Ekman
menjelaskan bahwa pesan nonverbal akan mengulang atau meneguhkan pesan verbal.
Misalnya dalam suatu lelang, kita mengacungkan satu jari untuk menunjukkan
jumlah tawaran yang kita minta, sementara secara verbal kila mengatakan
"satu'.
Pesan-pesan nonverbal juga berfungsi untuk mengkontradiksikan atau
menegaskan pesan verbal seperti dalam sarkasme atau sindirian-sindiran tajam.
Kadang-kadang, komunikasi nonverbal mengganti pesan verbal. Misalnya, kita
tidak perlu secara verbal menyatakan kata "menang", namun cukup hanya
mengacungkan dua jari kita membentuk huruf `V' (victory) yang bermakna
kemenangan.
Fungsi lain dari komunikasi nonverbal adalah mengatur pesan verbal.
Pesan-pesan nonverbal berfungsi untuk mengendalikan sebuah interaksi dalam
suatu cara yang sesuai dan halus, seperti misalnya anggukan kepala selama
percakapan berlangsung. Selain itu, komunikasi nonverbal juga memberi penekanan
kepada pesan verbal, seperti mengacungkan kepalan tangan. Dan akhirnya fungsi
komunikasi nonverbal adalah pelengkap pesan verbal dengan mengubah pesan
verbal, seperti tersenyum untuk menunjukkan rasa bahagia kita.
Pemikiran yang sama juga
diungkapkan oleh Samovar (Ilya Sunarwinadi, Komunikasi Antar
Budaya), bahwa dalam suatu peristiwa komunikasi, perilaku nonverbal digunakan
secara bersama-sama dengan Bahasa verbal:
a. Perilaku nonverbal memberi
aksen atau penekanan pada pesan verbal.Misalnya menyatakan terima kasih
dengan tersenyum.
b. Perilaku nonverbal sebagai
pengulangan dari bahasa verbal. Misalnya menyatakan arah tempat dengan
menjelaskan "Perpustakaan Universitas Terbuka terletak di belakang gedung
ini", kemudian mengulang pesan yang sama dengan menunjuk arahnya.
c. Tindak komunikasi nonverbal
melengkapi pernyataan verbal, misalnya mengatakan maaf pada teman karena tidak
dapat meminjamkan uang; dan agar lebih percaya, pernyataan itu ditambah lagi
dengan ekspresi muka sungguh-sungguh atau memperlihatkan saku atau dompet yang
kosong.
d. Perilaku nonverbal sebagai
pengganti dari komunikasi verbal. misalnya menyatakan rasa haru tidak dengan
kata-kata, melainkan dengan mata yang berlinang-linang.
Dalam perkembangannya sekarang
ini, fungsi komunikasi nonverbal dipandang sebagai pesan-pesan yang holistik,
lebih dari pada sebagai sebuah fungsi pemrosesan informasi yang sederhana.
Fungsi-fungsi holistik mencakup identifikasi, pembentukan dan manajemen kesan,
muslihat, emosi dan struktur percakapan. Karenanya, komunikasi nonverbal
terutama berfungsi mengendalikan (controlling), dalam arti kita berusaha supaya
orang lain dapat melakukan apa yang kita perintahkan. Hickson dan Stacks
menegaskan bahwa fungsi-fungsi holistik tersebut dapat diturunkan dalam 8
fungsi, yaitu pengendalian terhadap percakapan, kontrol terhadap perilaku orang
lain, ketertarikan atau kesenangan, penolakan atau ketidaksenangan, peragaan
informasi kognitif, peragaan informasi afektif, penipuan diri (self-deception)
dan muslihat terhadap orang lain.
Komunikasi nonverbal digunakan
untuk memastikan bahwa makna yang sebenarnya dari pesan-pesan verbal dapat
dimengerti atau bahkan tidak dapat dipahami. Keduanya, komunikasi verbal dan
nonverbal, kurang dapat beroperasi secara terpisah, satu sama lain saling
membutuhkan guna mencapai komunikasi yang efektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar