UG | Portal Softskills
- Seorang
lulusan perguruan tinggi dituntut untuk memiliki kompetensi hardskill dan softskill. Kompetensi hardskill
merupakan penguasaan dan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sedangkan kompetensi softskill merupakan
kemampuan mengatur dirinya sendiri dan orang lain.
- Dalam
dunia kerja, sebuah profesi dituntut memiliki hardskill yang berbeda-beda. Softskill merupakan
kompetensi yang seharusnya dimiliki oleh semua orang, apapun profesinya.
- Oleh
karena itu dengan portal softskill ini,
Universitas Gunadarma memberikan pembelajaran secara online bagi semua
mahasiswa dari setiap program studi yang ada.
BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Manusia
yang berkualitas dan profesional dituntut memiliki kemampuan hardskill dan softskill.
Hard skill merupakan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan
teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya, sedangkan softskill adalah keterampilan
seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (Interpersonal Skills) dan
keterampilan mengatur dirinya (Intrapersonal Skills) yang mampu mengembangkan
secara maksimal unjuk kerja (performance) seseorang. Keterampilan softskill ini
mencakup kemampuan untuk berkomunikasi, membangun hubungan dengan orang lain,
kemampuan memberikan motivasi, kemampuan untuk memimpin, dll. Dalam dunia kerja
kesuksesan seseorang tergantung dari kualitas softskill yang dipunyai (80%),
dan hardskill (20%). Berdasarkan data diatas softskill merupakan hal yang
penting untuk dikuasai untuk mencapai kesuksesan, dan untuk itu makalah ini
dibuat dengan pemahaman berupa kasus.
2. TUJUAN
A.Tujuan Umum
Untuk memahami apa itu softskill,
dengan harapan bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
B.Tujuan Khusus
• Supaya kita paham dan mengerti
apa itu softskill
• Untuk memenuhi tugas caring
yang diberikan oleh dosen pembimbing
• Untuk melatih menulis makalah
yang baik
• Untuk melatih diskusi dan
meningkatkan kemampuan softskill pada diri sendiri
BAB II ISI SOFTSKILL
1. KASUS
Di
suatu Puskesmas ada klien yang dirawat dengan diagnosa medis Diabetes Militus. Klien ini bernama Nn.Y yang sudah berumur 53 tahun.
Nn.Y sudah sekitar 1 minggu dirawat, kaki kiri Nn Y mengalami ulkus dibetikum
yang cukup luas dengan bau yang cukup menyengat yang dibalut perban dan tampak cairan
pus bercampur darah. Suatu ketika di pagi hari, saatnya perawat melakukan kewajiban dan perannya
dalam pemberian asuhan keperawatan kepada kliennya termasuk pada Nn.Y ini.
Perawat pun masuk dengan wajah kusut mungkin karena bau ulkus dari Nn.Y,
tampak dari wajah perawat ini wajah yang tidak tulus dan jijik melihat keadaan kaki Nn.Y. Perawat pun melakukan
tindakan, perawat mengukur TTV Nn.Y dengan teliti, mengobservasi keadaan NnY dan akhirnya sampai pada
tindakan redresing.
Sebelum tindakan tampak perawat melakukan tindakan proteksi dirinya dan mempersiapkan peralatan redresing tampak perawat sangat trampil dalam melakukan tindakan.
Sebelum tindakan tampak perawat melakukan tindakan proteksi dirinya dan mempersiapkan peralatan redresing tampak perawat sangat trampil dalam melakukan tindakan.
Namun perawat ini jijik sehingga dengan
ketusnya perawat bilang ”Bu buka selimutnya”. Nn.Y balik bertanya ”buat apa suster”,
perawat ini malah makin ketus ”Bu mau sembuh atau tidak, jelas lah saya mau
membersihkan luka ini bu, memangnya Ibu bisa sendiri membersihkan luka ini”. Nn
Y dengan agak kesal tapi tidak bisa berbuat banyak hanya bisa bilang ”baik
suster”. Perawat pun membersihkan luka klien ini dengan wajah yang jijik, hal
ini membuat Nn.Y merasa tersinggung dengan tindakan perawat dan merasa malu terhadap
apa yang dia derita, karena tindakan perawat ini agak kasar membuat NnY merasa kesakitan
tampak wajah Nn.Y meringis dan kakinya banyak bergerak. Hal ini mebuat perawat
malah memarahi klien “Bu kakinya jangan digerakan dong, Ibu ini bagaimana sich.
Tahan sakitnya bu kok cengeng gitu jadi orang”. Hal ini sentak membuat Nn.Y terpaksa
menahan sakit karena Nn.Y takut dimarahi lagi. Sekitar 5 menit akhirnya perawat
ini selesai membersihkan luka dengan cekatan, kaki klien sudah tidak bau lagi
dan tampak bersih yang kemudian dibalut dengan kasa. Dan perawat membereskan
pekerjaan. ”Bu lukanya sudah dibersihkan ini obatnya ibu minum ya setelah
makan”, kemudian perawat tersebut langsung pergi. Tetapi Nn.Y ini mengatakan
sesuatu kepada perawat tersebut. ”Suster terimakasih ya, kaki saya suster bersihkan
dengan baik dan teliti sehingga tampak bersih dan tidak bau
lagi”. Spontan perawat tersebut terkejut dan sadar dan
sedikit merasa malu karena sikapnya.
2. ANALISA KASUS
Dari kasus diatas dapat disimpulkan kalau perawat yang memberikan
asuhan keperawatan kepada Nn.Y tersebut tentu memiliki kompetensi dan
keterampilan dibidangnya, namun semua itu tidak cukup untuk menjadi pribadi yang profesional, perawat ini
memiliki kemampuan hardskill yang tinggi namun kurang pada softskillnya, perawat
belum mampu berinteraksi dengan baik dengan klien yaitu Nn.Y, ini tampak pada
raut wajah, sikap yang tidak empati, dan kasar. Perawat ini sering membentak
sehingga Nn.Y takut terhadap perawat ini. Harusnya perawat dan klien adalah mitra yang kedudukannya harus sejajar. Dan perawat harus
menganggap itu dan harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap klien supaya klien
mencapai kesejahteraan kesehatan dan merasa nyaman setelah dilakukan tindakan
oleh perawat. Inti dari kasus ini adalah perawat tidak
menunjukan kemampuan softskillnya untuk berinteraksi dengan baik terhadap Nn.Y.
Namun Nn.Y ini walaupun sudah dikasari dan dibentak oleh perawat tersebut malah memberikan reward kepada perawat dengan ucapan terima kasih pada perawat, namun perawat baru sadar, harusnya perawat senang dan puas melakukan tindakan tetapi karena softskill yang kurang, kepuasan hati tidak ada dan perawat malu dan langsung pergi.
Namun Nn.Y ini walaupun sudah dikasari dan dibentak oleh perawat tersebut malah memberikan reward kepada perawat dengan ucapan terima kasih pada perawat, namun perawat baru sadar, harusnya perawat senang dan puas melakukan tindakan tetapi karena softskill yang kurang, kepuasan hati tidak ada dan perawat malu dan langsung pergi.
PEMBAHASAN KASUS
Softskill adalah keterampilan
seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (Interpersonal Skills) dan
keterampilan mengatur dirinya sendiri (Intrapersonal Skills) yang mampu
mengembangkan secara maksimal unjuk kerja (performance) seseorang. Pengertian
softskill adalah keterampilan non teknis (non hardskill) yang dapat melengkapi
kemampuan akademik membentuk generik dan ransferableskill (Nursalam,
2006).
Beberapa atribut Softskill
(Nursalam, 2006):
• Menunjukkan hubungan
interpersonal yang efektif
• Menunjukkan strategi manajemen
diri
• Bekerja sama dalam tim
• Penyelesaian permasalahan
secara kreatif
• Pengambilan keputusan
• Berkooperasi dengan yang lain
• Interaktif di tempat kerja
• Bertanggung jawab terhadap
perusahaan
• Terbuka menerima bimbingan
• Mampu bekerja pada lingkungan
yang beragam
• Mampu meresolusikan
konflik
DAFTAR KEMAMPUAN SOFT SKILL
• Kejujuran
• Tanggung jawab
• Berlaku adil
• Kemampuan bekerja sama
• Kemampuan beradaptasi
• Kemampuan berkomunikasi
• Toleran
• Hormat terhadap sesama
• Kemampuan mengambil keputusan
• Kemampuan memecahkan masalah
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam kasus perawat ini, tidaklah sejajar antara hardskill dan softskill
yang dimiliki perawat. Perawat dalam kasus memang memiliki ilmu pengetahuan dan
kompetensi dalam teknologi dan secara teknis. Akan tetapi emosi yang dimiliki
perawat tidak sesuai dengan profesinya, karena perawat identik dengan sikap
yang ramah, baik, dan ikhlas. Tentunya dalam hal ini softskill sangat
diperlukan karna menyangkut sosial dan etika.
DAFTAR PUSTAKA
Elfindri, Elmiasana, Mitayani,
dkk. 2009. Soft Skills Panduan bagi Bidan dan Perawat.
Baduaose Media : Padang.
http//www.google.co.id.softskill
Tidak ada komentar:
Posting Komentar