44214404 / 3DA02
BEP (BREAK
EVENT POINT) DAN CONTOH KASUS
A. DEFINISI
BEP (Break Event Point)
Break Event Point adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara Biaya Tetap,
atau suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat untung
maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya).
Contribution Margin adalah selisih antara penghasilan penjualan
dan biaya variabel, yang merupakan jumlah untuk menutup biaya tetap dan
keuntungan. Perusahaan akan memperoleh keuntungan dari hasil penjualannya
apabila Contribution Marginnya lebih besar dari Biaya Tetap, yang berarti total
penghasilan penjualan lebih besar dari total biaya.
Break Event Point menyatakan volume penjualan dimana total
penghasilan tepat sama besarnya dengan total biaya, sehingga perusahaan tidak
memperoleh keuntungan dan juga tidak menderita kerugian.
Break Event Point ditinjau dari konsep Contribution Margin menyatakan bahwa volume penjualan dimana Contribution Margin tepat sama besarnya
dengan total Biaya Tetapnya. Asumsi dasar dalam analisa break event point, antara lain :
1.
Biaya
dapat diklasifikasikan kedalam komponen biaya variabel dan biaya tetap.
2.
Total
biaya variabel berubah secara proporsional dengan volume produksi atau
penjualan, sedangkan total biaya variabel per unit tetap konstan.
3.
Total
biaya tetap tidak mengalami perubahan, meskipun ada perubahan volume produksi
atau penjualan, sedangkan biaya tetap per unit akan berubah karena adanya perubahan
volume kegiatan.
4.
Harga
jual per unit tidak akan berubah selama periode melakukan analisa.
5.
Perusahaan
hanya membuat dan menjual satu jenis produk. Jika membuat dan menjual lebih
dari satu jenis produk, maka perbandingan penghasilan penjualan antara masing-masing
produk (disebut sebagai Sales Mix)
akan tetap konstan.
6.
Kapasitas
produksi pabrik relatif konstan.
7.
Harga
faktor produksi relatif konstan.
8.
Efisiensi
produksi tidak berubah.
9.
Perubahan
pada persediaan awal dan akhir jumlahnya tidak berarti.
10.
Volume
merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya.
B.
MANFAAT BEP (Break Event Point)
BEP amatlah penting jika kita membuat usaha
agar kita tidak mengalami kerugian, apa itu usaha jasa atau manufaktur,
diantara manfaat BEP adalah :
a.
Alat perencanaan
untuk hasilkan laba.
b.
Memberikan
informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut
tingkat penjualan yang bersangkutan.
c.
Mengevaluasi
laba dari perusahaan secara keseluruhan.
d.
Mengganti
system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti.
Setelah mengetahui
beberapa manfaat BEP, kompenen yang berperan disini yaitu biaya, dimana biaya
yang dimaksud adalah biaya variabel dan biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk
memisahkannya atau menentukan suatu biaya itu biaya variabel atau tetap
bukanlah pekerjaan yang mudah. Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan
oleh kita untuk produksi ataupun tidak, sedangkan Biaya variabel adalah biaya
yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi jadi jika tidak
diproduksi maka tidak ada biaya ini / Keuntungan dan Volume aktivitas.
C. Biaya
Tetap dan Biaya Variabel
Dalam
hubungannya dengan volume produksi :
1)
Biaya
Variabel
Karakteristik :
-
Biaya
berubah total sebanding perubahan tingkat aktivitas.
-
Biaya
satuan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan (biaya satuan konstan).
Contoh dalam perusahan furniture :
-
Biaya
perlengkapan
-
Biaya
bahan bakar
-
Biaya
sumber tenaga
-
Biaya
perkakas kecil
-
Asuransi
aktiva tetap dan kewajiban
-
Gaji
satpam dan pesuruh pabrik
Dalam
hubungannya dengan volume produksi :
2)
Biaya
Tetap
Karakteristik :
-
Totalitas
tidak berubah terhadap perubahan tingkat aktivitas.
-
Biaya
satuan berbanding terbalik terhadap perubahan volume kegiatan.
Contoh dalam perusahan furniture :
-
Biaya
penyusutan
-
Gaji
eksekutif
-
Pajak
bumi dan bangunan
-
Amortisasi
paten
-
Biaya
penerimaan barang
-
Biaya
komunikasi
-
Upah
lembur
D.
KELEMAHAN BEP
Salah
satu kelemahan dari BEP yang lain adalah bahwa hanya ada satu macam barang yang
diproduksi atau dijual. Jika lebih dari satu macam maka kombinasi atau
komposisi penjualannya (sales mix)
akan tetap konstan. Jika dilihat di jaman sekarang ini bahwa perusahaan untuk
meningkatkan daya saingnya mereka menciptakan banyak produk jadi sangat sulit
dan ada satu asumsi lagi yaitu harga jual persatuan barang tidak akan berubah
berapa pun, jumlah satuan barang yang dijual, atau tidak ada perubahan harga
secara umum.
E.
CARA dan CONTOH PENGHITUNGAN BEP
Pendekatan dalam menghitung Break
Event Point, yaitu:
- Pendekatan grafik
Break
Event Point
terjadi pada titik persilangan antara garis penghasilan penjualan dan garis
total biaya. Dalam pendekatan grafis, BEP digambarkan sebagai titik potong
antara garis penjualan dengan garis biaya total (Biaya total = Biaya tetap +
Biaya variabel).
2. Pendekatan persamaan
Y =
cx – bx – a
Y =
laba
c =
harga jual per unit
x =
jumlah produk
b =
biaya variabel satuan
a =biaya
tetap total
cx =
hasil penjualan
bx =
biaya variabel total
X(BEP dalam unit) = a/(c-b)
CX(BEP dalam unit) = ac/(c-b) = a/(1 – b/c).
3. Pendekatan Margin Kontribusi
-
Mengurangkan
nilai penjualan total (total revenue =TR) dengan biaya variabel total (total
Variabel cost = TVC).
-
Mengurangkan
harga jual per unit dengan biaya variabel per unit guna menghitung margin
kontribusi per unit.
Rumus matematika untuk menentukan BEP
adalah :
-
BEP (unit) =
Total Biaya Tetap/Harga jual per unit – Biaya Variabel/unit
-
BEP (Rp) = Total
Biaya Tetap/1 – Total Biaya Variabel
F. CONTOH KASUS DAN PENYELESAIANNYA
PT. Lilianto Ichsan membuat dan
menjual dua jenis produk yaitu Kosimil dan Lusimol. Total biaya tetap
untuk kedua jenis produk tersebut Rp. 60.000,00. Harga
jual, biaya variabel, dan laba kontribusi per unit serta rasio
masing-masing produk adalah :
Produk
Kosimil Produk Lusimol
Harga Jual Rp.
12,00 100% Rp. 8,00 100%
Biaya Variabel Rp.
6,00 50%
Rp.
6,00 75%
Laba Kontribusi Rp.
6,00 50%
Rp.
2,00 25%
1.
Jika komposisi penjualan produk K dan L
dalam unit masing-masing 1 : 1 atau dalam rupiah 3 : 2, hitunglah
penjualan pada titik impas dengan teknik :
a.
Rasio LK rata-rata
b.
LK rata-rata per unit
2.
Jika total penjualan yang
direncanakan untuk kedua jenis produk tersebut sebesar 20.000 unit, dan
komposisi penjualan produk K dan L dalam unit masing-masing 1 : 1
atau dalam rupiah 3 : 2, hitunglah besarnya laba yang direncanakan!
Penyelesaian :
1.
Menghitung penjualan pada titik impas
dengan komposisi produk K dan L dalam unit 1 : 1 atau dalam rupiah 3 : 2.
a.
Teknik CM ratio rata-rata
a + i
BEP (Rp) =
----------------------------------
Rasio
Laba Kontr. Rata-rata
Rp. 60.000 + 0
=
-------------------------- = Rp. 150.000,00
(50% X 3) + (25% X 2)
--------------------------
3 + 2
Titik impas
tercapai pada penjualan sebesar Rp. 150.000,00. Produk K dan produk
L dengan komposisi 3 : 2, maka produk K sebesar = 3/5 (Rp.
150.000) = Rp. 90.000,00 dan produk L sebanyak
Rp. = 2/5 (Rp. 150.000) = Rp. 60.000,00.
b.
Teknik Laba Kontribusi Rata-rata per
unit
a + i
BEP
(Unit) = --------------------------------------
Laba Kontr. Rata-rata per unit
Rp. 60.000 +
0
= -------------------------------------
(Rp. 6,00 X 1) + (Rp. 2,00 X 1)
-------------------------------------
1
+ 1
Rp. 60.000
= -------------------- =
15.000 unit
4
Titik impas
tercapai pada penjualan sebanyak 15.000 unit, produk K dan produk L
dengan komposisi 1 : 1, maka penjualan produk K =
1/2 (15.000 ) = 7.500 unit, dan produk L = 1/2 (15.000) = 7.500 unit.
Bukti :
Produk K
7.500 unit
|
Produk L
7.500 unit
|
Total
15.000 unit
|
||||
Jumlah
|
%
|
Jumlah
|
%
|
Jumlah
|
%
|
|
Penjualan
|
Rp. 90.000
|
100
|
Rp. 60.000
|
100
|
Rp. 150.000
|
100
|
Biaya Variabel
|
45.000
|
50
|
45.000
|
75
|
90.000
|
60
|
Laba Kontribusi
|
45.000
|
50
|
15.000
|
25
|
60.000
|
40
|
Biaya Tetap
|
60.000
|
|||||
Laba Bersih
|
0
|
2.
Jika total penjualan 20.000
unit dengan komposisi penjualan produk K dan L
masing-masing dalam unit 1 : 1 atau dalam rupiah 3 : 2, maka
besarnya laba adalah :
Produk K
7.500 unit
|
Produk L
7.500 unit
|
Total
15.000 unit
|
||||
Jumlah
|
%
|
Jumlah
|
%
|
Jumlah
|
%
|
|
Penjualan
|
Rp. 120.000
|
100
|
Rp. 80.000
|
100
|
Rp. 200.000
|
100
|
Biaya Variabel
|
60.000
|
50
|
60.000
|
75
|
120.000
|
60
|
Laba Kontribusi
|
60.000
|
50
|
20.000
|
25
|
80.000
|
40
|
Biaya Tetap
|
60.000
|
|||||
Laba Bersih
|
20.000
|
Kesimpulan :
Dampak
Perubahan Komposisi Penjualan terhadap hubungan CPV Perusahaan yang
menjual lebih dari satu macam produk seringkali mempunyai kesempatan
untuk menaikkan laba kontribusi dan menurunkan titik impas dengan cara
memperbaiki komposisi penjualan, yaitu menaikkan proporsi penjualan
produk yang menghasilkan rasio laba kontribusi (contribution margin
ratio) yang tinggi.
Sumber
Referensi :
https://ekariy.wordpress.com/2016/03/24/makalah-bep-break-even-point/
http://lilianto-ichsan.blogspot.co.id/2012/04/contoh-kasus-break-even-point.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar