Aku Saras, waktu itu aku masih
duduk dikelas 2 SMA jurusan IPA, kata orang sih masuk jurusan IPA itu pintar
hehehe . . . Dikelas itu aku banyak mengenal pengetahuan, bukan hanya
pengetahuan alam, budaya, ataupun bahasa tapi saat itu aku mulai mengenal sesuatu
yang orang bilang itu cinta. Cinta?? Bukan nama orang yah, tapi cinta itu
menurutku lebih dari segalanya, bukan hanya sebuah nama tapi ia memiliki makna
bahkan banyak makna yang terkandung didalamnya. Entah apa yang aku rasa saat
aku mengenal dia, dia sosok yang selama ini aku tunggu kehadirannya. Namanya
Pras, begitulah sebutan dari teman-temannya. Ketika aku melihatnya, dia sangat
berbeda dari yang lain, dia dewasa, ceria, baik, lucu, aktif, pintar, karna itu
aku kagum dengannya.
Hari itu hari sabtu, tepat hari
dimana kami selesai UTS, pukul 11.00 kami pulang. Pras menghampiriku dan dia
mengajakku pulang bersama. Tetapi aku menolak karna aku akan pulang bersama
temanku dan karna aku belum begitu mengenal Pras. Seminggu setelah UTS, kami
masuk sekolah seperti biasa, seminggu itu juga aku dan Pras berhubungan melalui
ponsel. Ketika itu aku mulai ada rasa, rasa yang tidak biasa dan sulit
diungkapkan dengan kata-kata. Keesokan harinya Pras mengajakku pulang bersama,
aku pun tak menolak karna aku pikir dia memang ingin tahu tentangku dan
keluargaku. Sebatas sampai depan rumah dia mengantarku lalu pulang. Perasaan
yang tidak karuan menghinggap dalam hatiku, aku tertawa dan tersenyum-senyum
sendiri seperti orang yang terganggu jiwanya, eits bukan gila yah hehe.
Tiga bulan lamanya aku dan Pras
pendekatan alias pedekate. Tepat tanggal 31 Maret kami berpacaran. Akhirnya
setelah 2 tahun aku menjomblo ternyata aku mendapatkan tambatan hati.
Sebenarnya orang tuaku melarang aku berpacaran mengingat aku masih kelas 2 SMA,
apalah daya hati ini tidak bisa dibohongi, aku menyayanginya begitupun Pras
menyayangiku. Akan tetapi kami tidak sembunyi-sembunyi alias backstreet, kami
tetap pulang bersama walaupun jarang. Pras juga kerap bertemu ibuku setiap dia
mengantarku pulang. Suatu hari ibuku bertanya, “Ras, siapa laki-laki yang tadi
mengantarmu?”, aku menjawab, “Itu Pras bu, teman sekelasku.” Ibu bertanya lagi
seolah-olah ingin tahu, “Teman atau pacarmu?”, aku tidak menjawab, aku hanya tersenyum,
lalu ibu menasihatiku “Ibu saranin kamu jangan pacaran dulu, sekolah dulu,
berteman boleh-boleh saja.”, aku dengarkan nasihat ibu tetapi aku sedih, aku
sangat menyayangi Pras, dialah semangatku dalam belajar, aku akan hancur jika
aku berpisah dengannya tetapi disisi lain aku ingin menuruti ibuku.
Kujalani hari-hari seperti
biasa, saat dikelas aku berbicara dengan Pras mengenai nasihat ibu, akhirnya
Pras bisa menerima dan mengerti, “Ya sudah, kita jalani saja yang sudah ada dan
biarlah mengalir apa adanya, kita tetap bersama tapi jangan terlalu serius
jadikan hubungan kita sebagai penyemangat dalam belajar. Buktikan kalau kita
bisa membuat orang tua kita bangga.” Hemm jantungku berdegup kencang
mendengarnya, Pras memang laki-laki dewasa dan bijak. Semenjak kejadian itu,
aku dan Pras menjalani hari seperti biasa lagi, ketika jam belajar kami belajar
sungguh-sungguh bahkan kami bersaing mencapai nilai tinggi.
Naik kelas 3 SMA, aku dan Pras
sekelas lagi, mungkin kami memang ditakdirkan untuk bersama hee. Senang rasanya
aku dan Pras sekelas lagi, tidak akan jauh-jauh kami bertemu diwaktu senggang
belajar. Suatu hari ada promosi dari universitas-universitas, karna kami kelas
3 yang nantinya bisa melanjutkan kuliah dengan pilihan universitas dan jurusan
dengan mudah. Lalu aku bertanya kepada Pras, “Nanti kamu mau lanjutin kuliah
dimana?”, Pras menjawab, “Aku belum tahu, aku ingin masuk perguruan tinggi negeri
tapi belum tahu dimana. Kalau kamu dimana?”, aku jawab, “Aku sih maunya jadi
perawat atau ga pramugari, tapi aku juga masih bingung.” Itulah cita-citaku
dari kecil ingin menjadi perawat atau pramugari.
Tidak terasa waktu cepat sekali
berputar, kami menghadapi Ujian Nasional. Yah Ujian Nasional, ujian terakhir
kita untuk lulus sekolah. Perasaanku sedih dan bahagia, sedih karna akan
berpisah dengan guru-guru, teman-teman, dan terutama Pras. Terlalu banyak
kenangan yang kita lewati, sedih, senang, menangis, tertawa bersama kita
lakukan. Setelah UN berakhir kami lulus dan sibuk masing-masing mencari perguruan
tinggi. Banyak perguruan tinggi negeri kita daftarkan tetapi tidak satupun kita
dapatkan. Tetapi kami tetap optimis mendaftarkan diri, namun nasib berkata
lain, kita tidak dapat masuk perguruan tinggi negeri karna nilai kami yang
masih rendah.
Aku dan Pras semakin jarang
bertemu, sampai sebulan lamanya kami tidak bertemu, tetapi kami tetap
berhubungan lewat ponsel. Aku mulai merasa ada yang beda, bukan rasa sayang
yang berkurang tetapi rasa rindu yang mencekam. Mungkin aku belum terbiasa
karna selama sekolah kami setiap hari bertemu sedangkan semenjak lulus kami
jarang bertemu. Tetapi aku tidak patah semangat, begitupun Pras yang memiliki
keinginan kuat untuk terus bersamaku berjuang menggapai kesuksesan.
Akhirnya kami menemukan
perguruan tinggi swasta pilihan kami masing-masing. Kami kuliah di tempat
berbeda tetapi jarak universitas kami tidak terlalu jauh hanya setengah jam
perjalanan dari tempat kuliahku. Selalu ada jalan untuk kami bertemu, terkadang
kami pulang bersama dan makan siang bersama. Sampai kami lulus kuliah dan
menemukan pekerjaan. Setahun bekerja Pras melanjutkan kuliahnya di negara penuh
cinta yaitu di Paris, sedangkan aku mendaftarkan diri sebagai pramugari di
salah satu maskapai penerbangan nasional. Bahagianya aku bisa diterima dimaskapai
tersebut, dengan bangga aku mengenakan seragam pramugari.
Saat itu kami sangat jarang
bertemu, aku pun jarang pulang karna jadwal penerbangan yang padat. Suatu hari
aku bersama maskapai pergi keliling dunia, kebetulan kami pergi ke Paris.
Awalnya aku memang sengaja tidak menghubungi Pras telebih dahulu untuk
memberikan kejutan. Sesampainya disana aku sempatkan diri untuk pergi ke
universitas Pras, saat itu dia memang sedang istirahat. Aku melihatnya dari
kejauhan dia sedang duduk di taman bersama teman-temannya. Aku menghampirinya
dengan sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan kemudian aku menutup matanya,
begitu terkejutnya dia membuka tanganku dan melihatku. Begitu senangnya kami
bertemu walaupun jarak dan waktu yang ditempuh terlampau jauh. Selesai studi
Pras kembali ke Indonesia untuk kembali bekerja dan membangun perusahaan
sendiri. Aku pun berhenti menjadi pramugari untuk melanjutkan kuliah
kedokteran. Sampai pada akhirnya Pras berani datang ke rumahku dengan meminta
ijin kepada orang tuaku untuk serius melangkah ke masa depan bersamaku. Orang
tuaku menerimanya, sekarang aku dan Pras hidup berbahagia selamanya.
Cerpen by Fungky Saraswati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar