Rainbow Pinwheel Pointer

Jumat, 16 Juni 2017

Latihan 4 Softskill Analisis Laporan Keuangan



Fungky Saraswati
44214404 / 3DA02

KEPUTUSAN INVESTASI DAN STRUKTUR MODAL
A.      Keputusan Investasi Modal
Keputusan investasi modal (capital investment decisions) berkaitan dengan proses perencanaan, penetapan tujuan, dan prioritas, pengaturan pendanaan, dan penggunaan kriteria tertentu untuk memilih aktiva jangka panjang. Karena keputusan investasi modal menmpatkan sebagian sumber daya perusahaan pada resiko, sehingga keputusan investasi modal adalah keputusan yang amat penting yang diambil oleh para manajer.
Proses pengambilan keputusan investasi modal sering kali desebut sebagai penganggaran modal (capital budgeting). Jenis dari pengaggaran modal itu sendiri ada dua, yaitu;
1.      Proyek Independen (Independent project) Adalah proyek investasi modal yang tidak berkaitan satu dengan yang lainnya. Jadi apabila ada proyek yang diterima atau ditolak tidak akan berpengaruh terhadap protek yang lainnya.
2.  Proyek Saling Eksklusif (Mutualy exclusive project). Proyek ini mengharuskan perusahaan untuk memilih salah satu alternatif yang saling bersaing untuk menyediakan jasa dasar yang sama. Penerimaan salah satu protek akan menghalangi proyek lainnya.
    Keputusan investasi modal sering kali berkaitan dengan masalah investasi dalam aktiva modal jangka panjang. Pada umumnya investasi modal yang baik akan menghasilkan kembali modal awal sepanjang umurnya dan pada saat yang sama menghasilkan pengembalian yang cukup atas investasi awal. Jadi salah satu tugas manajer adalah memutuskan apakah suatu investasi modal akan menghasilkan kembali sumber daya awalnya atau tidak, dan memberikan pengembalian yang wajar. Dengan membuat penilaian ini, seorang manajer dapat memutuskan diterima tidaknya proyek-proyek independen dan membandingakan proyek-proyek yang saling bersaing berdasarkan keunggulan ekonomisnya.
Untuk membuat keputusan investasi modal, seorang manajer harus mengestimasi jumlah dan waktu arus kas, menilai resiko investasi, dan mempertimbangkan dampak proyek terhadap laba perusahaan. Para manajer juga harus menetapkan tujuan dan prioritas dari investasi modal serta harus mengidentifikasi beberapa kriteria dasar atas penerimaan dan penolakan investasi yang diusulkan. Ada beberapa metoda yang digunakan oleh manajer untuk menunjukan mana proyek yang harus diterima dan mana yang harus ditolak, diantaranya adalah metoda non-diskonto dan metoda diskonto.
a.       Model Non-Diskonto
Model non diskonto adalah model yang mengabaikan nilai waktu dari uang.
1.      Perioda Pengembalian
Perioda pengembalian (payback periods) adalah waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk memperoleh kembali investasi awalnya. Apabila arus kas dari suatu proyek diasumsikan tetap jumlahnya, maka rumus berikut dapat digunakan:
Perioda pengembalian = Investasi semula / Arus Kas Tahunan
Akan tetapi, jika arus kas tidak tetap jumlahnya maka perioda pengembalian dihitung dengan menambahkan arus kas tahunan sampai waktu ketika investasi awal diperoleh kembali.
Salah satu cara untuk menggunakan perioda pengembalian adalah dengan menetapkan suatu perioda pengembalian maksimum pada seluruh proyek dan menolak setiap proyek yang melewati tingkat ini. Dan perioda pengembalian ini dapat digunakan sebagai ukuran dari resiko, dengan pengertian bahwa semakin lama suatu proyek menghasilkan uang semakin beresiko proyek tersebut.
Perioda pengembalian dapat digunakan untuk memilih alternatif-alternatif yang saling bersaing. Menurut pendekatan ini, investasi dengan perioda pengembalian terpendek lebih disukai dari pada investasi dengan periode pengembalian yang lebih panjang. Berikut adalah beberapa hal yang dapat diambil oleh para manajer dengan menggunakan metoda non diskonto perioda pengembalian:
1.      Membantu mengendalikan resiko yang berhubungan dengan ketidakpastian arus kas masa depan.
2.      Membantu meminimalkan dampak investasi terhadap masalah likuiditas perusahaan.
3.      Membantu mengendalikan resiko keuangan.
4.      Membantu mengandalikan pengaruh investasi terhadap ukuran kinerja.
Namun, penggunaan perioda pengembalian kurang dapat dipertahankan karena ukuran ini memiliki dua kelemahan utama, yaitu;
1.      Mengabaikan kinerja investasi yang melewati perioda pengembalian
2.      Mengabaikan nilai waktu uang.

2.      Tingkat Pengembalian Akuntansi
Tingkat pengembalian akuntansi merupakan model non diskonto kedua yang umum  digunakan. Tingkat pengembalian akuntansi mengukur pengembalian atas suatu proyek dalam kerangka laba, bukan dari arus kas proyek. Rumus perhitungan tingkat pengembalian akuntansi adalah sebagai berikut :
Tingkat pengembalian akuntansi : Laba rata-rata/Investasi awal atau rata-rata
Investasi rata-rata : (Investasi awal + Nilai Sisa)/2
b.      Model Diskonto
Model ini secara eksplisit mempertimbangkan nilai waktu dari uang dan memasukan konsep diskonto arus kas masuk dan arus kas keluar.
-          Nilai Bersih Sekarang (Nev Present Value/NPV) adalah selisih antara nilai sekarang dari arus kas masuk dan arus kas keluar yang berhubungan dengan suatu proyek .
NPV    = [(ΣCFt/(1+i)t] – I
             = [ΣCFtdft] – I
             = P – I
Dimana,
I           : Nilai Sekarang dari biaya proyek
CFt      : Arus kas masuk yang diterima dalam perioda t , dengan t= 1
n           : Umur manfaat proyek
i            : tingkat pengembalian yang diperlukan (required rate of return),   
  yaitu adalah tingkat pengembalian minimum yang dapat diterima,
  hal itu juga disebut sebagai tingkat diskonto, tingkat rintangan,
  atau tingkat batas, dan biaya modal.
t           : Perioda waktu
P          : Nilai sekarang dari arus kas masuk proyek di masa depan.
Nilai NPV positif menandakan bahwa :
1.        Investasi awal telah tertutupi
2.        Tingkat pengembalian yang diperlukan telah dipenuhi
3.        Pengembalian yang melebihi (1) dan (2) telah diterima.

Jadi jika NPV lebih besar dari pada nol maka investasi itu menguntungkan dan dapat diterima. Begitu sebaliknya apabila kurang dari nol.

B.       Pengertian Modal dan Struktur Modal
Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos modal  (modal saham), keuntungan atau laba yang ditahan atau kelebihan aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh utangnya (Munawir,2001).
Modal pada dasarnya terbagi atas dua bagian yaitu modal Aktif (Debet) dan modal Pasif (Kredit).
Struktur Modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing dan modal sendiri. Modal asing diartikan dalam hal ini adalah hutang baik jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Sedangkan modal sendiri bisa terbagi atas laba ditahan dan bisa juga dengan penyertaan kepemilikan perusahaan.
Struktur Modal merupakan masalah penting dalam pengambilan keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan. Untuk mengukur Struktur Modal tersebut maka dapat digunakan beberapa Teori yang menjelaskan Struktur Modal dalam suatu Perusahaan.
1)      Faktor Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
1.      Tingkat Penjualan
Perusahaan dengan penjualan stabil, cashflow relatif stabil, sehingga dapat menggunakan hutang relatif besar.
2.      Struktur Aktiva
Perusahaan dengan aktiva tetap besar (sebagai kolateral) dapat menggunakan hutang relatif besar.
3.      Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Semakin cepat pertumbuhan perusahaan, semakin besar kebutuhan dana untuk ekspansi.
4.      Profitabilitas
Pecking order theory menyatakan, bahwa urutan pembiayaan ; laba ditahan  hutang  jual saham baru (untuk menghindari pengawasan eksternal).
5.      Variabel Laba & perlindungan pajak (tax shield)
Jika variabilitas laba kecil, besar kemampuan menanggung beban tetap dari hutang. Penggunaan hutang memberi manfaat perlindungan pajak.
6.      Skala perusahaan
Perusahaan besar memiliki akses besar masuk pasar modal, sehingga ada korelasi positif antara skala perusahaan dengan debt to book value of equity ratio.
7.      Kondisi intern perusahaan & ekonomi makro
Saat yang tepat menjual saham/obligasi; tingkat bunga pasar rendah & pasar bursa sedang bullish (lawan dari bearish).
2)      Keputusan Struktur Modal dalam Praktik
a.      Analisis EBIT – EPS
Melalui analisis ini manajemen dapat melihat dampak dari berbagai alternatif pendanaan terhadap EPS (Earning per share) pada tingkatan EBIT (Earning Before Interest and Tax) yang bervariasi. Yang dimaksud dengan EPS adalah laba bersih sesudah pajak atau Earning After Tax (EAT) dibagi jumlah lembar saham perusahaan yang beredar.
Pada analisis ini, hubungan antara EBIT dan EPS dapat dicari dengan cara :
1.      Menghitung EPS pada berbagai alternatif pendanaan untuk EBIT tertentu , dan
2.      Mengulang lankah pertama untuk EBIT yang berbeda – beda. Hasilnya kemudian digambarkan dalam grafik EBIT-EPS.
-       Indifference point memberikan masukan penting bagi manajemen dalam memilih alternatif pembelanjaan, Jika expected EBIT lebih besar dari indifference point, perusahaan sebaiknya menggunakan hutang. Jika sebaliknya, menggunakan saham akan lebih menguntungkan. Perlu dicatat bahwa keputusan ini bisa salah jika actual EBIT tidak besar yang diharapkan. Oleh karena itu, didalam mengambil keputusan, manajemen harus memperhatikan juga deviasi standard (tingkat variabilitas) EBIT perusahaan. Expected dan deviasi standard EBIT dapat dicari dengan mengembangkan sejumlah skenario tentang EBIT dimasa mendatang beserta dengan probabilita terjadinya. Jika deviasi standard EBIT relatif besar, manajemen harus lebih hati – hati karena expected EBIT menjadi kurang dapat dipercaya. Sebaiknya manajemen memutuskan menggunakan hutang hanya bila ecpected EBIT cukup jauh di atas indifference point.
EAT ( saham ) EAT ( hutang )
= Jumlah saham Jumlah saham
( EBIT* - C1) ( 1 – T ) (EBIT* - C2 ) ( 1 – T)
= S1 S2
Dimana:
EBIT *        = Indifferent point
C1               = Biaya bunga pada alternatif pembelanjaan 1
C2               = Biaya bunga pada alternatif pembelanjaan 2
S1                = Jumlah saham pada alternatif pembelanjaan 1
S2                = Jumlah saham pada alternatif pembelanjaan 2
T                  = Tingkat pajak

Sumber :
http://httpdwioctaviani.blogspot.co.id/2017/06/keputusan-investasi-modal-struktur.html
http://mursyidharahman09.blogspot.co.id/2016/03/makalah-cost-of-capital-capital-and.html

Tugas 4 Softskill Analisis Laporan Keuangan



Fungky Saraswati
44214404 / 3DA02

BIAYA MODAL PERUSAHAAN BESERTA CONTOH KASUS
A.      Pengertian Biaya Modal
Biaya Modal adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik yang berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanani suatu investasi atau operasi perusahaan.
Penentuan besarnya biaya modal ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa besarnya biaya riil yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh dana yang diperlukan.Perhitungan biaya penggunaan modal sangatlah penting, dengan alasan:
1.      Memaksimalkan nilai perusahaan mengharuskan biaya-biaya (termasuk biaya modal) diminimalkan.
2.      Keputusan penganggaran modal (capital budgetting) memerlukan suatu estimasi tentang biaya modal.
3.      Keputusan-keputusan lain seperti leasing, modal kerja juga memerlukan estimasi biaya modal.
Biaya modal merupakan konsep penting dalam analisis investasi karena dapat menunjukkan tingkat minimum laba investasi yang harus diproleh dari investasi tersebut. Jika investasi itu tidak dapat menghasilkan laba investasi sekurang-kurangnya sebesar biaya yang ditanggung maka investasi itu tidak perlu dilakukan. Lebih mudahnya, biaya modal merupakan rata-rata biaya dana yang akan dihimpun untuk melakukan suatu investasi. Dapat pula diartikan bahwa biaya modal suatu perusahaan adalah bagian (suku rate) yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memberi kepuasan pada para investornya pada tingkat risiko tertentu.
Biaya modal dapat dihitung berdasarkan biaya untuk masing-masing sumber dana atau disebut biaya modal individual. Biaya modal individual dihitung tiap jenis modal. Namun apabila perusahaan menggunakan beberapa sumber modal maka biaya modal yang dihitung adalah biaya modal rata-rata tertimbang (Weightedf average cost of capital/WACC) dari seluruh modal yang digunakan.
Konsep Biaya Modal erat hubungannya dengan konsep mengenai pengertian tingkat keuntungan yang disyaratkan (required rate of return). Tingkat keuntungan yang disyaratkan sebenarnya  dapat dilihat dari dua pihak yaitu sisi investor dan perusahaan. Dari sisi investor, tinggi rendahnya required rate of return merupakan tingkat keuntungan (rate of return) yang mencerminkan tingkat resiko dari aktiva yang dimiliki. Sedangkan bagi perusahaan yang menggunakan dana (modal), besarnya required rate of return merupakan biaya modal (cost of capital) yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan modal tersebut. Biaya modal bisanya digunakan sebagai ukuran untuk menentukan diterima atau ditolaknya suatu usulan investasi (sebagai discount rate), yaitu  dengan membandingkan tingkat keuntungan (rate of return) dari usulan investasi tersebut dengan biaya modalnya.


B.     Faktor-Faktor yang Menentukan Biaya Modal
Variabel-variabel penting yang mempengaruhi biaya modal antara lain: 
1.      Keadaan-keadaan umum perekonomian. Faktor ini menentukan tingkat bebas risiko atau tingkat hasil tanpa risiko.
2.      Daya jual saham suatu perusahaan. Jika daya jual saham meningkat, tingkat hasil minimum para investor akan turun dan biaya modal perusahaaan akan rendah.
3.      Keputusan-keputusan operasi dan pembiayaan yang dibuat manajemen. Jika manajemen menyetujui penanaman modal berisiko tinggi atau memanfaatkan utang dan saham khusus secara ekstensif, tingkat risiko perusahaan bertambah. Para investor selanjutnya meminta tingkat hasil minimum yang lebih tinggi sehingga biaya modal perusahaan meningkat pula.
4.      Besarnya pembiayaan yang diperlukan. Permintaan modal dalam jumlah besar akan meningkatkan biaya modal perusahaan.

C.      Asumsi-Asumsi Model Biaya Modal
Asumsi-asumsi dalam model biaya modal diantaranya:
1.      Risiko bisnis bersifat konstan. Risiko bisnis merupakan potensi tingkat perubahan return atas suatu investasi. Tingkat risiko bisnis dalam suatu perusahaan ditentukan dengan kebijakan manajemen investasi.
2.      Biaya modal merupakan suatu kriteria investasi yang hanya tepat untuk suatu investasi yang memiliki risiko bisnis setingkat dengan aktiva-aktiva yang telah ada.
3.      Risiko keuangan bersifat konstan. Risiko keuangan didefinisikan sebagai peningkatan variasi return atas saham umum karena bertambahnya pemanfaatan sumber pemiayaan hutang dan saham istimewa. Biaya modal dari sumber individual merupakan fungsi dari struktur keuangan berjalan.
4.      Kebijakan dividen bersifat konstan. Asumsi ini diperlukan dalam menaksir biaya modal yang berkenaan dengan kebijakan dividen perusahaan. Asumsi ini menyatakan bahwa rasio pembayaran dividen (dividen/laba bersih) juga konstan.

Contoh Kasus
Perusahaan membutuhkan modal dalam pendanaan investasinya sebesar Rp 3.000.000.000, yang terdiri atas beberapa sumber saham berikut:
a.       Hutang obligasi, besarnya pendanaan Rp 750.000.000 dengan nominal Rp 750.000/lembar. Bunga 19%/tahun dan jangka waktu 5 tahun. Harga jual obligasi Rp 550.000/lembar dan tingkat pajak 30%.
b.      Saham preferen, besarnya pendanaan Rp 900.000.000, harga jual saham preferen Rp 40.00/lembar dan deviden Rp 8.000/lembar.
c.       Saham biasa, besar pendanaan Rp 1.350.000. Harga jual saham Rp 30.000 dengan deviden Rp 4.500/lembar dan growth (pertumbuhan) 5%.
Hitunglah:
1.      Biaya modal secara individual!
2.      Biaya modal keseluruhan!
Jawab :
1.      Biaya modal secara individual
a.       Biaya modal hutang obligasi
I = Rp 750.000 x 19% = Rp 142.500
Kd = I +  ((N – Nb)/n)
              (Nb – N)/2
      = Rp 142.500 (Rp 750.000 – Rp 550.000)/5
                  (Rp 550.000 – Rp 750.000)/2
      = (Rp 142.500 + Rp 40.000)/ Rp 650.000 = Rp 28,08%       
Ket:     
Kd       = Biaya modal hutang obligasi
I           = Bunga obligasi (obligasi) satu tahun dalam rupiah
        = Harga nominal obligasi
Nb        = Nilai bersih penjualan obligasi
n           = Umur obligasi
-          Biaya modal after tax:
Ki  = Kd (1 – t)
      = 28,08% (1 – 30%)
      = 28,08% (70%) = 19,66%
Ket:
Ki = Biaya modal hutang obligasi setelah pajak
t    = tingkat pajak
b.      Biaya modal saham preferen
Kp = Dp/Pο
      = Rp 8.000/Rp 40.000 = 20%
Ket:
Kp        = Biaya saham preferen
Dp        = Deviden saham preferen
Pο        = Harga saham preferen saat penjualan
c.       Biaya modal saham biasa
Ke       = (D1/ Pο) + g
= (Rp 4.500/Rp 30.000) + 5%
= 15% + 5% = 20%
Ket:
Ke       = Biaya saham biasa
g          = growth (tingkat pertumbuhan)
D1       = Deviden tahun pertama
2.      Biaya modal keseluruhan
a.       Proporsi modal hutang obligasi
Hutang obligasi = (Rp 750.000.000/Rp 3.000.000.000) x 100% = 25%
b.      Proporsi modal saham biasa
Saham biasa     = (Rp 1.350.000.000/Rp 3.000.000.000) x 100% = 45%
c.       Proporsi modal saham preferen
Saham preferen = (Rp 900.000.000/Rp 3.000.000.000) x 100% = 30%
Sumber Dana
(1)
Jumlah Dana
(2)
Proporsi Modal
(3)
Biaya Modal
(4)
Biaya Tertimbang
(3 x 4)
Hutang obligasi
Rp           750.000
25%
19,66%
4,92%
Saham preferen
Rp    900.000.000
30%
20%
6%
Saham biasa
Rp 1.350.000.000
45%
20%
9%
Total
Rp 3.000.000.000
100%

19,92%

Biaya modal keseluruhan = Rp 3.000.000.000 x 19,92% = Rp 597.600.000

Sumber :
https://ririnko.blogspot.co.id/2016/10/makalah-biaya-modal-cost-of-capital.html
http://santiyaulfa.blogspot.co.id/2015/05/latihan-soal-dan-jawaban-biaya-modal.html