Fungky
Saraswati
44214404
/ 3DA02
KEPUTUSAN
INVESTASI DAN STRUKTUR MODAL
A.
Keputusan Investasi Modal
Keputusan investasi
modal (capital investment decisions)
berkaitan dengan proses perencanaan, penetapan tujuan, dan prioritas,
pengaturan pendanaan, dan penggunaan kriteria tertentu untuk memilih aktiva
jangka panjang. Karena keputusan investasi modal menmpatkan sebagian sumber
daya perusahaan pada resiko, sehingga keputusan investasi modal adalah
keputusan yang amat penting yang diambil oleh para manajer.
Proses pengambilan
keputusan investasi modal sering kali desebut sebagai penganggaran modal (capital budgeting). Jenis dari
pengaggaran modal itu sendiri ada dua, yaitu;
1.
Proyek
Independen (Independent project)
Adalah proyek investasi modal yang tidak berkaitan satu dengan yang lainnya.
Jadi apabila ada proyek yang diterima atau ditolak tidak akan berpengaruh
terhadap protek yang lainnya.
2. Proyek Saling
Eksklusif (Mutualy exclusive project).
Proyek ini mengharuskan perusahaan untuk memilih salah satu alternatif yang
saling bersaing untuk menyediakan jasa dasar yang sama. Penerimaan salah satu protek
akan menghalangi proyek lainnya.
Keputusan investasi modal sering kali
berkaitan dengan masalah investasi dalam aktiva modal jangka panjang. Pada
umumnya investasi modal yang baik akan menghasilkan kembali modal awal
sepanjang umurnya dan pada saat yang sama menghasilkan pengembalian yang cukup
atas investasi awal. Jadi salah satu tugas manajer adalah memutuskan apakah
suatu investasi modal akan menghasilkan kembali sumber daya awalnya atau tidak,
dan memberikan pengembalian yang wajar. Dengan membuat penilaian ini, seorang
manajer dapat memutuskan diterima tidaknya proyek-proyek independen dan
membandingakan proyek-proyek yang saling bersaing berdasarkan keunggulan
ekonomisnya.
Untuk membuat keputusan
investasi modal, seorang manajer harus mengestimasi jumlah dan waktu arus kas,
menilai resiko investasi, dan mempertimbangkan dampak proyek terhadap laba
perusahaan. Para manajer juga harus menetapkan tujuan dan prioritas dari
investasi modal serta harus mengidentifikasi beberapa kriteria dasar atas penerimaan
dan penolakan investasi yang diusulkan. Ada beberapa metoda yang digunakan oleh
manajer untuk menunjukan mana proyek yang harus diterima dan mana yang harus
ditolak, diantaranya adalah metoda non-diskonto dan metoda diskonto.
a.
Model Non-Diskonto
Model
non diskonto adalah model yang mengabaikan nilai waktu dari uang.
1.
Perioda
Pengembalian
Perioda pengembalian (payback periods) adalah waktu
yang dibutuhkan perusahaan untuk memperoleh kembali investasi awalnya. Apabila
arus kas dari suatu proyek diasumsikan tetap jumlahnya, maka rumus berikut
dapat digunakan:
Perioda pengembalian =
Investasi semula / Arus Kas Tahunan
Akan tetapi, jika arus
kas tidak tetap jumlahnya maka perioda pengembalian dihitung dengan menambahkan
arus kas tahunan sampai waktu ketika investasi awal diperoleh kembali.
Salah satu cara untuk
menggunakan perioda pengembalian adalah dengan menetapkan suatu perioda
pengembalian maksimum pada seluruh proyek dan menolak setiap proyek yang
melewati tingkat ini. Dan perioda pengembalian ini dapat digunakan sebagai
ukuran dari resiko, dengan pengertian bahwa semakin lama suatu proyek
menghasilkan uang semakin beresiko proyek tersebut.
Perioda pengembalian
dapat digunakan untuk memilih alternatif-alternatif yang saling bersaing. Menurut
pendekatan ini, investasi dengan perioda pengembalian terpendek lebih disukai
dari pada investasi dengan periode pengembalian yang lebih panjang. Berikut
adalah beberapa hal yang dapat diambil oleh para manajer dengan menggunakan
metoda non diskonto perioda pengembalian:
1.
Membantu
mengendalikan resiko yang berhubungan dengan ketidakpastian arus kas masa
depan.
2.
Membantu
meminimalkan dampak investasi terhadap masalah likuiditas perusahaan.
3.
Membantu
mengendalikan resiko keuangan.
4.
Membantu
mengandalikan pengaruh investasi terhadap ukuran kinerja.
Namun, penggunaan
perioda pengembalian kurang dapat dipertahankan karena ukuran ini memiliki dua
kelemahan utama, yaitu;
1.
Mengabaikan
kinerja investasi yang melewati perioda pengembalian
2.
Mengabaikan
nilai waktu uang.
2.
Tingkat
Pengembalian Akuntansi
Tingkat pengembalian
akuntansi merupakan model non diskonto kedua yang umum digunakan. Tingkat pengembalian akuntansi
mengukur pengembalian atas suatu proyek dalam kerangka laba, bukan dari arus
kas proyek. Rumus perhitungan tingkat pengembalian akuntansi adalah sebagai
berikut :
Tingkat pengembalian
akuntansi : Laba rata-rata/Investasi awal atau rata-rata
Investasi rata-rata : (Investasi
awal + Nilai Sisa)/2
b.
Model Diskonto
Model ini secara
eksplisit mempertimbangkan nilai waktu dari uang dan memasukan konsep diskonto
arus kas masuk dan arus kas keluar.
-
Nilai Bersih Sekarang
(Nev Present Value/NPV) adalah selisih antara nilai sekarang dari arus kas
masuk dan arus kas keluar yang berhubungan dengan suatu proyek .
NPV = [(ΣCFt/(1+i)t] – I
= [ΣCFtdft] – I
= P – I
Dimana,
I :
Nilai Sekarang dari biaya proyek
CFt :
Arus kas masuk yang diterima dalam perioda t , dengan t= 1
n
: Umur manfaat proyek
i :
tingkat pengembalian yang diperlukan (required rate of return),
yaitu adalah tingkat pengembalian minimum
yang dapat diterima,
hal
itu juga disebut sebagai tingkat diskonto, tingkat rintangan,
atau
tingkat batas, dan biaya modal.
t
: Perioda waktu
P
: Nilai sekarang dari arus kas
masuk proyek di masa depan.
Nilai NPV positif menandakan bahwa :
1.
Investasi awal
telah tertutupi
2.
Tingkat
pengembalian yang diperlukan telah dipenuhi
3.
Pengembalian
yang melebihi (1) dan (2) telah diterima.
Jadi jika NPV lebih besar dari pada nol
maka investasi itu menguntungkan dan dapat diterima. Begitu sebaliknya apabila
kurang dari nol.
B.
Pengertian Modal dan Struktur Modal
Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos
modal (modal saham), keuntungan atau laba yang ditahan atau kelebihan
aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh utangnya (Munawir,2001).
Modal pada dasarnya terbagi atas dua bagian yaitu modal Aktif (Debet) dan
modal Pasif (Kredit).
Struktur Modal adalah
perimbangan atau perbandingan antara modal asing dan modal sendiri. Modal asing
diartikan dalam hal ini adalah hutang baik jangka panjang maupun dalam jangka
pendek. Sedangkan modal sendiri bisa terbagi atas laba ditahan dan bisa juga
dengan penyertaan kepemilikan perusahaan.
Struktur Modal
merupakan masalah penting dalam pengambilan keputusan mengenai pembelanjaan
perusahaan. Untuk mengukur Struktur Modal tersebut maka dapat digunakan
beberapa Teori yang menjelaskan Struktur Modal dalam suatu Perusahaan.
1)
Faktor Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
1.
Tingkat Penjualan
Perusahaan dengan penjualan stabil, cashflow relatif stabil, sehingga
dapat menggunakan hutang relatif besar.
2.
Struktur Aktiva
Perusahaan dengan aktiva tetap besar (sebagai kolateral) dapat menggunakan
hutang relatif besar.
3.
Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Semakin cepat pertumbuhan perusahaan, semakin besar kebutuhan dana untuk
ekspansi.
4.
Profitabilitas
Pecking order theory menyatakan, bahwa urutan pembiayaan ; laba
ditahan → hutang → jual saham baru (untuk
menghindari pengawasan eksternal).
5.
Variabel Laba & perlindungan pajak (tax shield)
Jika variabilitas laba kecil, besar kemampuan menanggung beban tetap
dari hutang. Penggunaan hutang memberi manfaat perlindungan pajak.
6.
Skala perusahaan
Perusahaan besar memiliki akses besar masuk pasar modal, sehingga ada
korelasi positif antara skala perusahaan dengan debt to book value of equity ratio.
7.
Kondisi intern perusahaan & ekonomi makro
Saat yang tepat menjual saham/obligasi;
tingkat bunga pasar rendah & pasar bursa sedang bullish (lawan
dari bearish).
2)
Keputusan Struktur Modal dalam Praktik
a.
Analisis EBIT –
EPS
Melalui analisis ini manajemen dapat melihat dampak
dari berbagai alternatif pendanaan terhadap EPS (Earning per share) pada tingkatan EBIT (Earning Before Interest and Tax) yang bervariasi. Yang dimaksud
dengan EPS adalah laba bersih sesudah pajak atau Earning After Tax (EAT) dibagi jumlah lembar saham perusahaan yang
beredar.
Pada analisis ini, hubungan antara EBIT dan EPS
dapat dicari dengan cara :
1. Menghitung EPS pada berbagai alternatif pendanaan
untuk EBIT tertentu , dan
2. Mengulang lankah pertama untuk EBIT yang berbeda –
beda. Hasilnya kemudian digambarkan dalam grafik EBIT-EPS.
- Indifference
point memberikan masukan
penting bagi manajemen dalam memilih alternatif pembelanjaan, Jika expected EBIT lebih besar dari indifference point, perusahaan sebaiknya
menggunakan hutang. Jika sebaliknya, menggunakan saham akan lebih menguntungkan.
Perlu dicatat bahwa keputusan ini bisa salah jika actual EBIT tidak besar yang
diharapkan. Oleh karena itu, didalam mengambil keputusan, manajemen harus
memperhatikan juga deviasi standard (tingkat variabilitas) EBIT perusahaan. Expected dan deviasi standard EBIT dapat
dicari dengan mengembangkan sejumlah skenario tentang EBIT dimasa mendatang
beserta dengan probabilita terjadinya. Jika deviasi standard EBIT relatif
besar, manajemen harus lebih hati – hati karena expected EBIT menjadi kurang dapat dipercaya. Sebaiknya manajemen
memutuskan menggunakan hutang hanya bila ecpected EBIT cukup jauh di atas indifference point.
EAT ( saham ) EAT ( hutang )
= Jumlah saham Jumlah saham
( EBIT* - C1) ( 1 – T ) (EBIT* - C2 ) (
1 – T)
= S1 S2
Dimana:
EBIT * =
Indifferent point
C1 =
Biaya bunga pada alternatif pembelanjaan 1
C2 =
Biaya bunga pada alternatif pembelanjaan 2
S1 =
Jumlah saham pada alternatif pembelanjaan 1
S2 =
Jumlah saham pada alternatif pembelanjaan 2
T =
Tingkat pajak
Sumber :
http://httpdwioctaviani.blogspot.co.id/2017/06/keputusan-investasi-modal-struktur.html
http://mursyidharahman09.blogspot.co.id/2016/03/makalah-cost-of-capital-capital-and.html